Belajar Tersenyum dari Satpam BNI

Senyumlah setiap saat. Bukankah senyum itu bagian dari sunnah?(br_ruy/Pixabay)

 

Tetaplah Tersenyum...


Beberapa waktu yang lalu, aku sempat berbincang dengan mantan satpam BNI yang sudah pensiun. Beliau mengisahkan banyak hal tentang pengalaman hidupnya, namun yang paling membuatku terkesan adalah ketika beliau mengisahkan pengalamannya sebagai seorang satpam. Saya tidak tahu redaksi tepatnya bagaimana, tapi kurang lebih seperti ini " BNI mengajarkan saya untuk tetap tersenyum, memasang mimik muka yang menyenangkan kepada setiap customer yang lewat. Tidak peduli bagaimana suasana hati saya saat itu. Senang sedih, saya harus tetap tersenyum." ujarnya.

Seperti itulah kita semestinya, selalu menampakkan rona kebahagiaan kepada setiap orang. Meski habis kelilit hutang, harus tetap tersenyum. Artinya dalam keadaan apapun kita harus berbuat baik, ada masalah apapun kita harus tetap berbuat baik. Jangan sampai suasana hati yang sedang tidak baik mengahalangi kita untuk tidak berbuat baik. Jangan sampai masalah yang sedang menimpa  membuat kita berhenti untuk berbuat baik. Sederhana saja, senyum kepada setiap nasabah. Iya, cukup dengan senyum saja kita sudah bisa dikatakan berbuat baik. Bukankah senyum ketika bertemu dengan saudara kita itu termasuk bagian dari sunnah? Seperti yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab shahihnya, Dari Abu Dzar, Rasulullah SAW bersabda:

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

"Janganlah kamu menganggap remeh sedikitpun terhadap kebaikan, walaupun kamu hanya bermanis muka kepada saudaramu (sesama muslim) ketika bertemu."

Disamping itu, akhir-akhir ini saya heran  mengapa banyak sekali orang-orang akademisi yang notebenenya sebagai orang terdidik, seringkali malah menampakkan wajah murung, tidak enak, sinis terhadap orang disekitarnya. Saya yakin mereka sudah pernah belajar hadist diatas. Namun mengapa orang yang justru sudah mendapat pendidikan tidak mempraktekkannya. Padahal satpam yang mungkin saja bukan sarjana, senantiasa mengamalkan hal itu. Seharusnya kita malu dengan orang-orang seperti beliau.

Perlu diingat, saya tidak menyinggung siapapun. Saya sendiripun masih seperti itu pada anak didik saya. Sebagai wali kelas yang semestinya mengayomi anggotanya, saya masih bersikap acuh. Jujur saja, saya suka jutek dan judes saat berpapasan dijalan. Ini sebenarnya hanya pengingat bagi diri saya sendiri.

Coba saja bayangkan, jika seorang satpam tersenyum hanya ketika suasana hatinya baik. Maka hampir jarang sekali kita akan melihat senyumnya. Sama halnya dengan kita, kalau perbuatan baik harus mensyarakatkan hati yang baik, niscaya sedikit sekali kita temukan orang yang mau berbuat baik. So, mari mulai berbuat baik dari hal-hal terkecil disekitar kita.

Ingat!! belajar itu tidak harus melalui buku diktat pelajaran, namun kita juga bisa belajar sesuatu yang tidak akan kita temukan dibuku pelajaran melalui pengalaman orang lain. 



by: Daffa Dhiyaulhaq

Ig: @daffadhiyaulhaqF1

Fb: @daffadhiyaulhaq

Twitter: @DaffaDh64954834


Mahasiswa IDIA Prenduan
 Prodi IQT semester 2 



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjaga Kesehatan Dimulai dari Kesadaran Diri

Awal Tahun 2022: Semoga Harga Tetap Stabil