Refleksi Akhir Tahun: Berusaha menjadi lebih baik atau tidak sama sekali
Muhasabah diri
Waktu berlalu sangat cepat. Itu menandakan masa hidup kita didunia kian lama makin berkurang. Sudah semestinya kita melakukan instropeksi diri, muhasabah diri, merenung tentang apa yang telah kita lakukan semasa hidup didunia ini. Sebagai seorang hamba Allah, apakah selama ini kita sudah mengerjakan kewajiban dan perintah-Nya dengan benar, ikhlas juga sungguh-sunguh? Atau mengerjakannya hanya untuk menggugurkan kewajiban atau malah masih terpaksa.
Lalu, sebagai umat Nabi Muhammad SAW, seorang Nabi yang kita harapkan syafaatnya dihari kiamat kelak, apakah kita sudah berusaha semaksimal mungkin menjalankan sunnah-sunnahnya, menghidupkan kembali sunnah yang sudah mulai luntur dan ditinggalkan oleh orang muslim? Banyak yang mengaku cinta Allah dan Rasul-Nya, tapi tak pernah sama sekali membuktikan cintanya. Masih saja selalu mengedepankan pekerjaannya ketimbang pergi kemasjid. Masih saja lanjut main hp saat seruan untuk sholat telah dikumandangkan. Masih saja untuk melakukan sholat sunnah. Boro-boro sholat sunnah, shalat wajib saja selalu terlambat. Lantas, inikah yang dinamakan cinta pada Allah dan Rasul?? Kalian bisa menyimpulkannya sendiri begitu juga saya.
Sekarang kita coba untuk memposisikan diri sebagai anak, apakah selama ini masih suka membuat ibu marah, bikin bapak jengkel? Apakah setelah sholat senantiasa rutin mendoakan kedua orang tua? Apakah kita sudah benar-benar membahagiakan mereka atau malah sebaliknya, selalu membuat mereka susah? Memangnya apa yang sudah kamu berikan pada mereka? Berubah mulai sekarang. Jadilah seorang anak yang taat dan berbakti sama kedua orang tua. Bahagiakan mereka jangan buat susah. Kalau sudah punya kemampuan finansial, maka wajib untuk memberikan sebagiannya pada mereka.
Mungkin ada sebagian kita yang pada tahun ini menjadi guru, sekarang mari kita merenung sejenak. Apakah ilmu yang kita berikan pada anak didik kita sudah benar? ataukah masih ada salahnya? Apakah selama ini kita sudah menjadi guru yang sejati, sosok yang digugu dan ditiru oleh para murid, mulai dari ujung kaki sampai atas kepala, mulai dari penampilan sampai tingkah laku? Sudahkah kita menjadi teladan yang baik bagi mereka atau malah sering menampakkan sifat-sifat yang tidak baik? Oleh karena itu, mari kita sama-sama berusaha meningkatkan kualitas mengajar, berusaha menjadi teladan yang baik, berusaha mengayomi murid yang dibawah rata-rata, pokoknya berupaya menjadi sosok guru yang sebenarnya.
Harapan menjadi lebih baik
Terlepas dari hal diatas, marilah kita bersama disisa waktu yang kita punya ini, mengoptimalkan segala potensi, kemampuan, bakat serta keterampilan yang kita miliki untuk bisa memberikan manfaat bagi yang lain. Agar tak seperti pohon yang layu, yang sama sekali tak memberikan kemanfaatan bagi lain. Namun, yang sangat diharapkan adalah supaya seperti pohon yang rindang, yang selalu memberi kesejukan bagi orang yang berteduh dibawahnya. Juga senantiasa menaunginya dari panasnya terik matahari yang membakar lapisan kulit. Itulah yang kita harapkan, menjadi sosok yang bermanfaat.
خير الناس أنفعهم للناس
Menjadi lebih baik atau tidak sama sekali
Menjadi lebih baik itu pilihan. Tetap menjadi orang berperilaku buruk pun juga pilihan. Tak ada pemaksaan dalam mengambil pilihan hidup. Itu semua terserah kalian. Namun, jika kita menilik pada pedoman hidup kita, alquran dan hadist, akan kita temukan berbagai macam bentuk instruksi dalam memilih jalan hidup ini. Diantaranya yaitu instruksi untuk selalu berbuat baik, pada siapapun kapanpun dan dimanapun kita berada. Jadi untuk kedepan, mau pilih yang mana, menjadi lebih baik atau tetap begitu begitu saja? Pilihan ada ditangan kalian.
(إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَاۚ...)
" jika kalian berbuat kebaikan, maka kebiakan itu untuk kalian sendiri. Dan jika kalian berbuat keburukana, maka keburukan itu bagi kalian sendiri..."
[Surat Al-Isra': 7]
by: Daffa Dhiyaulhaq
Ig: @daffadhiyaulhaqF1
Fb: @daffadhiyaulhaq
Twitter: @DaffaDh64954834
Mahasiswa IDIA Prenduan |
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTulisannya sudah bagus, Mas, tapi yang menjadi penilaian adalah penggunaan kata "di", kata baku, dan huruf kapital masih kurang sempurna.
BalasHapusMakasih mas atas kritikannya. Maklum sy masih dalam tahap belajar. Selanjutnya akan lebih sy perhatikan lagi dalam penggunaan kata baku...
BalasHapus